Banyak yang datang dan pergi
Seolah sebatas jarak spasi antara senang dan sedih
Di tengah ramai tak jarang rasa sepi
Jika bahagia itu kota ku berada di tepi Dan masih ku tanya ke diri dan teman
Apa yang sekarang sudah bisa dibilang senang ?
Ataukah tak sadar kalau aku cuma rasa nyaman
Di simpang antara rasa kecewa dan rasa tenang
Sering kali ku paksa pajang senyuman
mereka tanya kabar aku jawab “Baik Puji Tuhan”
Tak jarang fungsi mentari’pun ikut hilang
Seolah ku dalam gelap walau hari masih siang
Apa mungkin kini aku buta rasa “Punya mata namun tak bisa pandangi hidup nyata”
Apa mungkin ku tetesi air mata “Namun tak sadar karna hujan sedang basahi wajah”
(Lelah) aku pakai topeng untuk tutup kesedihan
(Lelah) pura pura ramai untuk tutup kesepian
(Lelah) bertarung dengan waktu demi kepastian Lelah masih lelah ini lelah …(yang kesekian !!!! )
Sering bercengkrama dengan rasa ragu Masa depan takan indah sperti puisi atau lagu
Saat teman lain sukses lalu angkat dagu Mreka sapa dengan sinis (“hey bro kapan maju”)
Hidupku mendung tak pernah muncul pelangi Tapi syukur ku kencangkan keluhan aku pelani
Rasa sakit ku tanam seolah petani Bahagia ku panen nanti dengan dia yang temani
Masih percaya …
tiap peristiwa (Jadi proses biar tak sombong saat ku kaya) Ku berupaya… tak lain supaya…
(Kelak pelangi ganti hujan derita haleluya)
Beri Komentar